BERKAH 400 RUPIAH YANG TAK PERNAH BERHENTI KU SYUKURI.
Siapa yang tidak kenal makanan ini? Namanya kue apem...Bentuk nya yang bulat dan rasanya yg khas selalu ada untuk menemani kopi atau disajikan saat hajatan di keluarga orang Jawa. Saya disini tidak akan membahas tentang bahan dan cara membuat apem.tapi saya akan mendongeng tentang cerita romantis 2 orang tua dengan 6 anak dari kegiatan menjual apem ini.
Siapa yang tidak kenal makanan ini? Namanya kue apem...Bentuk nya yang bulat dan rasanya yg khas selalu ada untuk menemani kopi atau disajikan saat hajatan di keluarga orang Jawa. Saya disini tidak akan membahas tentang bahan dan cara membuat apem.tapi saya akan mendongeng tentang cerita romantis 2 orang tua dengan 6 anak dari kegiatan menjual apem ini.
1994 tahun yg di tunjukkan Tuhan untuk mereka memulainya. Bermodalkan uang 50 rb rupiah yg hanya cukup untuk membuat adonan 2 kg apem dilakukan mereka di rumah kontrakan kecil di daerah Muntilan Magelang, Jawa tengah. Keadaan yang seolah-olah memaksa pasangan suami istri ini untuk banting setir berjualan kue apem khas suku Jawa ini.
Gimana tidak mau banting setir,mereka punya 6 anak yg harus dinafkahi dan diperjuangkan masa depan nya untuk terus bersekolah. Usaha tanam semangka yang di geluti pada tahun 1982 terpaksa harus di kubur impian masa depan nya karena kerugian dan tipuan dari mitra kerja. Rumah mengalami penggusuran,tak ada harta yg bsa diandalkan.tetapi di rumah kontrakan harus selalu sedia makanan untuk mengenyangkan ke 6 anak nya. Mereka memulai dengan berjualan keliling.dari rumah ke rumah untuk menjajakan jualannya.tak perlu mahal.karena konsumen cukup menukar nya dengan uang Rp.100 untuk satu biji apem nya.
Waktu terus berlalu.yang ada di benak mereka hanya fokus bekerja untuk masa depan anak-anak nya.dari kapasitas 2kg / hari kini naik 65x lipat di 23 tahun ikhtiar mereka dengan menjual produk apem. Ya, apem ini sudah turun ke generasi ke dua dan bisa diproduksi 130kg/ hari untuk menyediakan kebutuhan para pelanggan nya. Mungkin di era serba mudah ini ada yg berpikir terlalu lama usia usaha 23 tahun hanya untuk meningkatkan 65x lipat produksi.
Tapi taukah kalian, 23 tahun itu.dari sebuah apem yang harga nya dimulai dari Rp.100 dan kini menjadi Rp.400/ biji mereka bsa meluluskan anak-anak nya sampai ke perguruan tinggi. Mereka bsa membeli rumah sebagai ganti rumah yg terkena gusuran.mereka bisa membangun romantisme keluarga dalam untaian ikhtiar berjualan bersama. Mereka adalah pak Sugeng dan Bu Mudjiati dari Muntilan Magelang, Jawa Tengah. Mungkin secara materi mereka tidak berlebihan dengan mobil mewah dan rumah yang besar tanah nya.
Tapi, kekayaan mereka ada dalam wujud masa depan keberhasilan anak-anak nya yang sekarang.
- 400 rupiah, membawa sebuah keberkahan keluarga.keluarga bisa hidup bahagia dengan kesederhanaan dan rasa syukur yg tak henti nya mereka panjatkan setiap hari nya
- 400 rupiah yg mengisi masa tua mereka dengan bahagia dan damai karena menyediakan produk nya untuk pelanggan setia nya.
- 400 rupiah yg mengajarkan mereka arti ikhtiar tanpa henti dan mengantungkan diri hanya pada illahi Rabbi.
- 400 rupiah ini Yang membawa saya secara tulus ikhlas menuliskan cerita ini untuk bisa dibaca dan dijadikan sebuah inspirasi.
- 400 rupiah yg mengisi masa tua mereka dengan bahagia dan damai karena menyediakan produk nya untuk pelanggan setia nya.
- 400 rupiah yg mengajarkan mereka arti ikhtiar tanpa henti dan mengantungkan diri hanya pada illahi Rabbi.
- 400 rupiah ini Yang membawa saya secara tulus ikhlas menuliskan cerita ini untuk bisa dibaca dan dijadikan sebuah inspirasi.
Pak Sugeng dan Bu Mudjiati, semoga apem yang di produksi di kelurahan taman agung dusun keraton RT 02 RW.04 Muntilan Magelang Jawa tengah ini bisa terus di selimuti keberkahan dan kebahagiaan untuk panjenengan dan keluarga. Semoga, saya dan yang lainnya selalu bisa belajar arti menghargai usaha dan berapapun rezeki yang kami dapatkan.
Salam hormat saya untuk anda sekeluarga.
Salam hormat saya untuk anda sekeluarga.
Noted : cerita inspiratif ini di dapat dari mbak Pipit Nashwa yang tidak lain adalah menantu dari pak Sugeng dan Bu mudjiati