ANTARA MASYAIKH MASJID-NYA NABI DAN DA'I PEMBAWA PEMIKIRAN KHAWARIJ
Belakangan ini ada sebagian pemuda pembawa pemikiran _takfiri khawarij_ atau da'i-da'i yang tertimpa fitnah (syubuhat dan syahwat) menyebarkan pemikiran mereka melalui sosial media.
Tak tertinggal para pembawa pemikiran mu'tazilah atau orang-orang awam yang tidak paham aqidah yang shahihah ikut mempropagandakannya.
Mereka katakan, _*Ulil amri yang ditaati itu hanya yang menerapkan syari'at Allah*_.
Dalam dauroh syar'iyyah di Solo bulan Rabi'ul Akhir 1438 H lalu bersama Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaily, salah satu profesor di kuliah aqidah Universitas Islam Madinah yang juga mengajar di Masjid Nabawi, diajukan pertanyaan: *_Sebagian orang mengatakan bahwa Ulil amri yang ditaati itu hanya yang menerapkan syari'at Islam. Benarkah pendapat ini?_*
Syaikh dengan lantang menjawab, *_"Itulah syi'ar yang senantiasa didengungkan oleh aliran sesat khawarij dari zaman dulu. Perkataan itu bertentangan dengan dalil-dalil. Bahkan para ulama di zaman dahulu tetap mentaati pemerintah mereka yang tidak berhukum dengan syari’at. Yang berkata demikian adalah orang yang jahil."_*
*Mengapa demikian?*
Penulis menyimpulkan:
1- Mereka gunakan dalil tentang ulil amri yang tidak menerapkan syari'at tanpa menjamaknya dengan ketaatan kepada mereka meskipun mereka zhalim.
2- Kesalahan paling utama adalah tidak mengembalikan pemahaman mereka kepada pemahaman para sahabat Nabi (salaf), semisal Ibnu Abbas yang mentafsirkan kufur karena tidak melaksanakan syari'at sebagai _kufrun duuna kufrin_ (kufur yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam).
3- Mengikuti hawa nafsu dan perasaan. Para pemuda pembawa pemikiran khawarij itu menganggap:
-Mendengar dan taat kepada pemerintah perbuatan penjilat.
-Mengkafirkan pemerintah adalah keren & hebat (ini syahwat yang menimpa sebagian pemuda).
Padahal, mentaati pemerintah yang zhalim selama perintahnya tidak melanggar ketentuan syari'at adalah semata-mata karena mengikuti dalil-dalil dari nash, bukan sekedar _ijtihadiyyah_.
Itu *semata-mata karena menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya dalam _nushush syar’iyyah_ (Al-Qur’an dan sunnah)*, bukan sama sekali untuk menyenangkan hati pemerintah.
Syaikh kemudian menasehatkan agar mendengar dan taat kepada pemerintah Indonesia. Jika ada penyimpangan dan kekurangan pada pemerintah yang mereka ingkari, selama tidak dicari-cari, maka hendaknya bersabar dan berusaha menasehati pemerintahnya.
Semoga Allah memberi petunjuk kepada para pembawa pemikiran khawarij di Indonesia ini dan menyadarkan mereka akan kesalahpahaman mereka terhadap sunnah Nabi terhadap waliyyul amr, terutama mereka yang sudah tua agar wafat dalam husnul khatimah.
_________________________
Muflih Safitra | PEKANBARU
Belakangan ini ada sebagian pemuda pembawa pemikiran _takfiri khawarij_ atau da'i-da'i yang tertimpa fitnah (syubuhat dan syahwat) menyebarkan pemikiran mereka melalui sosial media.
Tak tertinggal para pembawa pemikiran mu'tazilah atau orang-orang awam yang tidak paham aqidah yang shahihah ikut mempropagandakannya.
Mereka katakan, _*Ulil amri yang ditaati itu hanya yang menerapkan syari'at Allah*_.
Dalam dauroh syar'iyyah di Solo bulan Rabi'ul Akhir 1438 H lalu bersama Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaily, salah satu profesor di kuliah aqidah Universitas Islam Madinah yang juga mengajar di Masjid Nabawi, diajukan pertanyaan: *_Sebagian orang mengatakan bahwa Ulil amri yang ditaati itu hanya yang menerapkan syari'at Islam. Benarkah pendapat ini?_*
Syaikh dengan lantang menjawab, *_"Itulah syi'ar yang senantiasa didengungkan oleh aliran sesat khawarij dari zaman dulu. Perkataan itu bertentangan dengan dalil-dalil. Bahkan para ulama di zaman dahulu tetap mentaati pemerintah mereka yang tidak berhukum dengan syari’at. Yang berkata demikian adalah orang yang jahil."_*
*Mengapa demikian?*
Penulis menyimpulkan:
1- Mereka gunakan dalil tentang ulil amri yang tidak menerapkan syari'at tanpa menjamaknya dengan ketaatan kepada mereka meskipun mereka zhalim.
2- Kesalahan paling utama adalah tidak mengembalikan pemahaman mereka kepada pemahaman para sahabat Nabi (salaf), semisal Ibnu Abbas yang mentafsirkan kufur karena tidak melaksanakan syari'at sebagai _kufrun duuna kufrin_ (kufur yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam).
3- Mengikuti hawa nafsu dan perasaan. Para pemuda pembawa pemikiran khawarij itu menganggap:
-Mendengar dan taat kepada pemerintah perbuatan penjilat.
-Mengkafirkan pemerintah adalah keren & hebat (ini syahwat yang menimpa sebagian pemuda).
Padahal, mentaati pemerintah yang zhalim selama perintahnya tidak melanggar ketentuan syari'at adalah semata-mata karena mengikuti dalil-dalil dari nash, bukan sekedar _ijtihadiyyah_.
Itu *semata-mata karena menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya dalam _nushush syar’iyyah_ (Al-Qur’an dan sunnah)*, bukan sama sekali untuk menyenangkan hati pemerintah.
Syaikh kemudian menasehatkan agar mendengar dan taat kepada pemerintah Indonesia. Jika ada penyimpangan dan kekurangan pada pemerintah yang mereka ingkari, selama tidak dicari-cari, maka hendaknya bersabar dan berusaha menasehati pemerintahnya.
Semoga Allah memberi petunjuk kepada para pembawa pemikiran khawarij di Indonesia ini dan menyadarkan mereka akan kesalahpahaman mereka terhadap sunnah Nabi terhadap waliyyul amr, terutama mereka yang sudah tua agar wafat dalam husnul khatimah.
_________________________
Muflih Safitra | PEKANBARU