Jumat, 13 Januari 2017

KRONOLOGIS PRESIDEN BEM UNMUL SAMARINDA DI TANGKAP BUNTUT AKSI BELA RAKYAT 121

PRESIDEN BEM UNMUL SAMARINDA DI TANGKAP BUNTUT AKSI BELA RAKYAT 121
PRESIDEN BEM UNMUL SAMARINDA DI TANGKAP BUNTUT AKSI BELA RAKYAT 121

Kronologis penahanan Norman Iswahyudi (Presiden BEM KM Unmul 2017) oleh Polresta Samarinda

Kamis sekitar pukul 10.30 WITA saya bersama ke enam kawan lainnya bertemu Wakil Rektor III Unmul di ruangan beliau. Pertemuan tersebut berupa agenda koordinasi lanjutan mengenai persiapan Musyawarah Nasional BEM Seluruh Indonesia (Munas BEM SI) dimana Unmul berperan sebagai tuan rumah pelaksana. Pertemuan ini sendiri sudah direncanakan sehari sebelumnya.

Pertemuan koordinasi berakhir sekitar pukul 12.00 WITA. Saat kami bersiap undur diri dari ruangan WR III, tiba-tiba saya diminta oleh beliau untuk tetap bertahan di ruangan sedangkan ke enam kawan lainnya diminta untuk keluar. Awalnya saya agak berkeberatan karena seharusnya setelah pertemuan itu saya bergegas bertemu massa aksi 121 yang sudah mulai berkumpul di depan Auditorium Unmul. Sebagai rasa hormat saya kepada WR III selaku orang tua kami di kampus, disertai rasa penasaran, saya memenuhi permintaan beliau untuk bertahan di ruangan.

Ternyata tidak lama kemudian tiba-tiba hadir 5 orang anggota Intelkam Polresta Samarinda ke dalam ruangan WR III. Dalam hati saya bertanya, "Loh ini ada apa? Kok anggota Intelkam bisa nyelonong ke sini?". Kasat Intelkam yang turut hadir dalam rombongan itu langsung menyampaikan maksud bahwa mereka keberatan dengan aksi yang dilaksanakan pada hari ini dengan alasan tidak diizinkan oleh Kapolresta Samarinda. Mereka meminta saya agar rencana aksi dibatalkan atau minimal massa aksi dapat ditahan terlebih dahulu sebelum berangkat ke titik aksi.

Dalam situasi itu dalam hati saya sempat sedikit geram kepada WR III. Kepada anggota Intelkam Polresta Samarinda saya bertahan bahwa aksi tidak bisa dibatalkan. Bukan wewenang tunggal saya untuk memutuskan. Lagi pula kawan-kawan sudah berkomitmen apa pun halangannya aksi harus tetap berjalan. Akhirnya di sesi itu tidak ada kesepakatan yang dihasilkan. Di saat bersamaan pula massa aksi dikabarkan telah berangkat karena waktu sudah melewati pukul 13.00 WITA.

Tidak lama setelah massa aksi berangkat, Kapolresta Samarinda beserta beberapa personilnya tiba-tiba mendatangi kami di Rektorat. Beliau datang secara tergesa-gesa dengan raut wajah yang tidak bersahabat dan penuh emosi. Dibuktikan dengan perlakuan beliau saat baru tiba di Rektorat langsung memarahi Kasat Intelkam yang telah diutusnya. Mungkin beliau tidak puas dengan hasil pertemuan yang tidak berhasil menghentikan massa aksi. Setelah itu Kapolres meminta untuk menemui WR III bersama saya pribadi. Dalam pertemuan terbatas itu Kapolresta kembali menyatakan dengan tegas agar aksi ini dihentikan dengan berbagai macam rasionalisasi yang telah disampaikan oleh beliau.

Sempat pula terucap bahwa beliau menyatakan aksi yang akan dilaksanakan ini merupakan aksi yang ditunggangi oleh oknum-oknum dan disangkutpautkan pula dengan konspirasi-konspirasi yang belakangan ini beredar. Lantas saya membantah bahwa Aksi Bela Rakyat 121 yang hari ini kita akan laksanakan merupakan murni bentuk penyampaian aspirasi Mahasiswa terhadap keresahan yang hadir di masyarakat. Aksi inipun sebenarnya bukan sebuah kebetulan mendapati tanggal yang cantik, karena sebelumnya dari aliasi BEM Seluruh Indonesia telah merumuskannya dari jauh-jauh hari. Namun Kapolresta tetap bersikukuh bahwa beliau tidak ingin ada aksi unjuk rasa pada hari ini dengan alasan untuk menjaga ketertiban nasional.

Tampak sekali arogansi dari Kapolresta karena beberapakali saya menyampaikan pernyataan terkait berlangsungnya aksi ini saya dan rekan-rekan mahasiswa peserta aksi diremehkan, dengan nada yang sedari awal pembicaraan sudah cukup tinggi. Salah satu kalimat yang masih terekam dalam ingatan saya adalah “Kamu tau apa?! S1 saja masih belum lulus!” disambung dengan rekan beliau yang menyatakan bahwa Kapolresta merupakan lulusan pendidikan S3 Ekonomi. Saat itu pula tampak wajah Wakil Rektor III kebingungan dan kemudian meminta saya untuk dapat menarik massa aksi, karena memang kondisi saat itu beliau pun nampak berada di bawah tekanan Kapolresta.

Tidak puas dengan hasil pertemuan ini, Kapolresta memerintahkan anggotanya untuk menahan saya ke Polresta Samarinda. Handphone saya diminta untuk disita agar tidak terjadi komunikasi kepada teman-teman di lapangan. Saya bertahan, apa alasan saya ditahan? Apa diduga akan melakukan makar? Kapolresta tidak menjelaskan lebih lanjut.

Dalam situasi itu, saya berharap WR III bisa angkat biara. Namun kecewanya sebagai sosok orang tua kami di kampus, Wakil Rektor III kami tidak melakukan pembelaan sama sekali dan cenderung merelakan saya untuk ditahan. Kami sangat kecewa.

Sekitar pukul 14:00 WITA saya dibawa ke mobil dengan maksud dibawa ke Polresta. Dalam perjalanan ternyata tidak jadi dibawa ke Polresta namun menuju ke titik aksi di jalan MT. Haryono. Di dalam perjalanan terjadi obrolan ringan bersama Kasat Intelkam bahwa beliaupun menyayangkan sikap dari Kapolresta yang baru ini. Sebelumnya beliau telah memberikan saran atau rekomendasi kepada Kapolresta bahwasanya selama beliau menjabat dari tahun 2013 hingga sekarang, massa aksi yang tedapat di Samarinda ini terbilang cukup kondusif. Beliau menjamin bahwa aksi yang dijalankan akan aman, akan tetapi Kapolresta tidak mau menerima saran yang telah diberikan, padahal sewajarnya tugas Intelkam adalah memberikan rekomendasi kepada pimpinan kepolisian.

Sesampainya di titik aksi saya meminta kepada aparat yang menahan saya untuk diijinkan bergabung dengan massa aksi. Namun sayang saya tidak bisa dilepaskan. Aparat dalam mobil berkeras hanya menjalankan perintah atasan untuk menahan saya. Saya pun hanya diijinkan untuk melihat massa aksi dari dalam mobil saja.

Setelah itu sekitar pukul 15:00 WITA saya dibawa ke Polresta untuk dimintai keterangan. Ternyata di Polresta sudah banyak teman-teman yang juga ditahan, ada sekitar 11 orang. Saya lihat sekilas ada kawan aktivis dari BEM FKIP Unmul 2 orang, DPM FKIP Unmul 1 orang, BEM FKTI Unmul 1 orang, dan BEM lain. Aktivis dari organisasi eksternal seperti HMI, PMII, dan KAMMI pun tak luput dari penangkapan. Kesebelas kawan ini ditahan pada saat aksi berlangsung.

Kawan-kawan yang ditangkap menyampaikan kepada kami bahwa mereka telah diperlakukan kasar sehingga beberapa dari mereka mengalami banyak luka di badan.

Setelah itu kami diminta identitas dan foto. Tidak lama, sekitar pukul 16.30 WITA, datang beberapa Polisi yang menjemput kami untuk dibawa kembali ketitik aksi yaitu di DPRD Provinsi. Di lokasi, massa aksi sudah tidak terkonsentrasi lagi. Massa aksi diminta bubar oleh aparat kepolisian di lapangan.

Singkat kronologis, hasil rembuk perwakilan massa aksi dengan Polisi di lapangan, kami yang ditahan bisa dilepaskan dengan syarat aksi harus dibubarkan. Sesampai di DPRD Kaltim, lokasi aksi, kami disambut hangat oleh teman-teman. Kemudian kami langsung berembuk bersama untuk menyikapi kesepakatan yang telah dibuat. Massa aksi sepakat untuk dapat kemudian bubar dan berkumpul di depan halaman Auditorium Unmul untuk lakukan evaluasi aksi.

Terima kasih banyak saya ucapkan kepada seluruh Massa aksi yang telah terlibat. Saya bangga bisa bergerak bersama kawan-kawan sekalian, terkhusus kawan-kawan mahasiswa se-Samarinda yang sudah tergerak hatinya untuk bergabung dalam aksi.

Melalui sebaran ini, saya menyatakan sikap:

1. Mengecam tindakan represif aparat kepolisian dalam mengawal aksi 121 di Samarinda,

2. Mengecam Kapolresta Samarinda yang memerintahkan penahanan beberapa aktivis mahasiswa Samarinda pada aksi 121 , menuntut Kapolresta memberikan penjelasan lanjut terkait penahanan tersebut,

3. Kecewa kepada birokrasi kampus yang terkesan menghalang-halangi mahasiswanya untuk bergabung dalam aksi 121.

4. Tetap menuntut pemerintah membatalkan kebijakan yang menyusahkan rakyat.

Dengan ini kami nyatakan tak akan gentar dengan berbagai upaya hadangan dari berbagai pihak dalam menyuarakan aspirasi rakyat. Kritikan dan cibiran biarlah menjadi bumbu pelengkap perjuangan. Kami menghimbau kepada rekan mahasiswa dan rakyat untuk tidak berhenti berjuang dan terus menyeru dalam kebenaran.

HIDUP MAHASISWA!
HIDUP RAKYAT INDONESIA!!

Ttd
Norman Iswahyudi
Presiden BEM KM Unmul 2017
Koordinator Wilayah BEM SI KALTIMSEL

#AksiBelaRakyat121 #ReformasiJilid2
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar Yang Anda Sukai

Tidak ada komentar